Selamat Membaca SBR

Untuk anda, para pembaca situs blog ini, semoga ada manfaat yang bisa anda dapatkan. Silakan tulis komentar anda dibawah. Saran dan kritik sangat kami tunggu.

Senin, 20 September 2010

Membaca Cermat dan Kritis (2)

Kembali mengurai seputar aktivitas membaca. Kadang kita merasa sangat bosan ketika membaca isi sebuah buku pada saat sudah memasuki halaman-halaman di bagian tengah atau menjelang akhir. Kebosanan muncul bisa jadi karena adanya pengulangan alasan atau repetisi dalam paparan dari penulis, boleh jadi juga dikarenakan penulis buku bertele-tele dalam menguraikan isi pikirannya dengan kalimat tak menarik. Sebagai pembaca, tentu kita mengharapkan kenikmatan dalam memahami isi buku tanpa harus terganggu dengan cara penulis menguraikan paparannya yang tidak masuk akal atau bertele-tele. Oleh karena itu, salah-satu cara untuk tidak terjebak kedalam rasa bosan atau frustasi berlarut-larut, maka kalau kita masih punya waktu ekstra dalam membaca buku tersebut, maka berilah catatan, coretan atau komentar didalam buku itu. Sebagai pembaca, anda berhak sepenuhnya atas buku yang sudah menjadi milik anda, untuk mencoretnya atau mengomentarinya. Disinilah sebenarnya tampak keterlibatan penuh pembaca aktif seperti anda terhadap sebuah karya yang telah dituliskan penulis.

Coretan atau komentar anda pada sebuah buku jelas menunjukkan perhatian anda terhadap isi buku. Isi coretan itu bisa saja karena keisengan anda atau memang anda punya perhatian lebih pada isi buku. Coretan yang baik atau komentar kritis pada isi buku jelas akan memberi nilai tambah pada buku tersebut, sebab dari coretan atau komentar balik itu akan terlihat dialog anda dengan isi buku. Pembaca pasif jelas berbeda dari pembaca aktif, dimana pembaca aktif selalu penuh perhatian mencermati bagaimana rangkaian kata, kalimat atau argumentasi penulis disusun dan kemudian direspon. Coretan atau komentar terhadap isi buku merupakan respon anda terhadap pikiran penulis sekaligus bentuk perhatian anda terhadap alur dan sudut-pandang penulis buku. Disinilah sebenarnya jalinan dialog antara pembaca dan penulis sehingga melalui buku posisi penulis tidak harus berada diatas pembaca. Pembaca kritis akan menemukan berbagai kejanggalan, kelemahan atau ketidakmasuk-akalan dalam paparan penulis. Namun demikian, patut diperhatikan, bahwa mengkritisi isi buku bukanlah berarti harus mencari-cari kesalahan atau kejelekan buku tersebut. 

Mengkritisi isi buku mempunyai kedudukan lebih tinggi dari sekadar memuji atau menyetujui apapun yang dituliskan penulis buku. Bahkan, mengkritisi isi buku sangat jauh terhormat ketimbang mencari-cari kesalahan atau kejelekan isi buku. Barangkali kita masih ingat dalam sejarah polemik kebudayaan ketika komentar dan kritik berlalu-lalang diantara para penulis sehingga melahirkan sebuah ketegangan kreatif antara penulis dan pembaca kritis. Para komentator atau kritikus pada masa itu selalu bisa menemukan sesuatu yang layak untuk dikritik dari karya-karya seni dan budaya. Dan pembaca pasif atau penikmat karya-karya kebudayaan, semacam buku atau karya seni lainnya, akan memperoleh manfaat besar berupa cakrawala pemikiran dan spektrum gagasan yang begitu luas. Penemuan titik lemah dari sebuah paparan penulis tentu mengharuskan upaya serius untuk mencermati isi buku, tidak bisa sekadar melakukan review biasa terhadap buku tersebut. 

Dari sudut-pandang untuk kemajuan penulis, tentu saja coretan atau komentar dari pembaca aktif akan sangat bermanfaat, sebab pada hakikatnya sebuah buku ditulis bukan semata untuk menggiring pembaca agar setuju kepada apapun yang dipaparkan oleh penulis. Melainkan, pembaca juga mempunyai hak untuk mengomentari atau mengkritik isi buku. Apa yang dituliskan oleh penulis yang dianggapnya sudah bagus dan baik, belum tentu dianggap demikian oleh pembaca yang kritis dan cermat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar