Selamat Membaca SBR

Untuk anda, para pembaca situs blog ini, semoga ada manfaat yang bisa anda dapatkan. Silakan tulis komentar anda dibawah. Saran dan kritik sangat kami tunggu.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Membaca Cak Nur, Membaca Indonesia Modern

Buku    : Cak Nur, Sang Guru Bangsa
Pengarang: Muhamad Wahyuni Nafis
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tebal: xxx + 370 halaman
Cetakan: Pertama, 2014

Sosok Cak Nur begitu lekat pada keindonesiaan, keislaman dan kemodernan. Tiga kredo membangun Indonesia penuh harapan dalam suasana lebih baik, lebih mencerahkan. Sahabat kami, Mas Nafis, begitu intens mendampingi Cak Nur dalam hari-hari pengembangan forum Klub Kajian Agama (KKA) Paramadina di Pondok Indah selama bertahun-tahun silam. Tanpa mengecilkan kehadiran Mas Budhy, Mas Elza, dll, dalam lingkaran KKA, maka intensitas Nafis itu membuatnya menjadi penulis biografi Cak Nur paling otoritatif.

Di dalam buku ini terasa betul, bagaimana rangkaian data dan  memori Nafis merekam beragam pandangan dan kegiatan Cak Nur. Nafis menggambarkan sosok Cak Nur bukan sebatas ilmuwan 'per se', namun ia juga mampu menampilkan Cak Nur sebagai aktivis keilmuan sepanjang hayat. Cak Nur berbagi saripati ilmu kepada banyak orang, atas apa yang ditelaahnya. Posisi KKA sangat strategis karena Cak Nur secara tepat membaca pergerakan muslim modern yang tengah naik vertikal ke atas. Kaum muslim di negeri ini bukan lagi menjadi sekadar pelengkap dekorasi politik, namun ada kesadaran baru muslim di Indonesia di tengah hiruk-pikuk modernitas. Kesadaran pada jati-diri kaum tercerahkan di tengah bangsa yang menapak kemodernan.

Dalam lima bagian buku ini, Nafis benar-benar mengeksplorasi pertautan pandangan serta aktivitas Cak Nur dengan tema-tema kemodernan. Gaya vertutur Nafis menjadikan buku ini enak dibaca, tidak membosankan dan layak dikoleksi.


 

Minggu, 16 Februari 2014

Telik Sandi dalam Jual-Beli Informasi



Judul Buku     : Trading Secrets
Pengarang      : Mark Huband
Penerbit          : IB Tauris, London
Cetakan          : Pertama, Desember 2013
Tebal               : xii + 259 halaman

PENYADAPAN bukan perkara enteng. Jangan pula dientengkan. Ini perkara serius, sebab hasil penyadapan merupakan informasi bernilai tinggi. Bukan informasi biasa, tapi informasi dari sumber langsung berkualifikasi rahasia. Tak sembarang orang bisa tahu informasi itu. Apalagi, informasi yang berkaitan langsung dengan apa yang bakal terjadi. Itulah yang membuat informasi produk penyadapan beda dari informasi biasa.

Ibarat harga barang langka, nilai jual informasi hasil penyadapan sangat tinggi. Bukan cuma negara yang butuh itu, perusahaan multinasional pun ingin beli. Tujuannya, jelas untuk antisipasi jika isi informasi tersebut jadi kenyataan. Negara penyadap informasi mencurahkan anggaran luar-biasa besar untuk merakit teknologi canggih demi memperoleh informasi 'A1'. Bagi negara-negara ini, informasi itu bisa menjadi rujukan dalam berdiplomasi. 

Selama perang dingin, dedengkot penyadapan adalah lembaga intelijen, seperti CIA dan MI6. Lembaga ini melahirkan beragam teknik, taktik dan strategi penyadapan. Pengembangan teknologi penyadapan juga berkembang pesat. Alat telik sandi itu harus diletakkan sedekat mungkin ke sumber penting. Untuk itu, dibutuhkan 'orang dalam' yang bisa menaruh alat itu, tanpa dicurigai. Anggaran lembaga-lembaga intelijen barat pun tanpa batas, sebab perlu membayar 'orang dalam' tersebut.