Selamat Membaca SBR

Untuk anda, para pembaca situs blog ini, semoga ada manfaat yang bisa anda dapatkan. Silakan tulis komentar anda dibawah. Saran dan kritik sangat kami tunggu.

Jumat, 21 Oktober 2011

Kenapa Harus Meresensi Buku Berbahasa Inggris?

PERTANYAAN yang sering mengemuka terkait buku-buku yang diresensi dalam blog ini diantaranya adalah kenapa kami memilih meresensi buku-buku berbahasa Inggris. Pertanyaan ini bagi kami tentu sangat wajar mengingat nyaris sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang buku berbahasa Inggris adalah sulit dan tak terjangkau. Kesulitan utama dalam membaca buku berbahasa Inggris tentu terletak pada kemampuan mencerna apa yang dituliskan sang penulis buku.

Kaidah serta tata bahasa Inggris yang berbeda dari bahasa Indonesia tentu menjadikan kita kadang sulit memahami apa maksud dari untaian kalimat dalam buku tersebut. Padahal, kalau kita mau sedikit bersusah-payah untuk membekali diri dengan perangkat tata bahasa yang baik, maka aktivitas membaca buku berbahasa Inggris merupakan sarana yang tepat untuk mempraktekkan tata bahasa yang sudah terkuasai dengan baik. Jika para 'founding fathers' di Republik tercinta ini dulu mampu menguasai dengan baik berbagai bahasa asing, terutama bahasa Belanda dan Inggris, kenapa kemudian kita menjadi alergi pada bahasa asing? Para 'founding father' itu tentu tidak serta-merta bisa menguasai bahasa Belanda dan Inggris saat mereka masuk ke sekolah.

Para 'founding fathers' kita rata-rata adalah orang tekun, pekerja keras dan punya cita-cita. Mereka bukan termasuk orang berkarakter pragmatis, semau gue atau gak mau repot. Sebaliknya, dengan kerja keras, belajar cerdas, tekun dan mau bersusah-payah, mereka kemudian berhasil menguasai tata bahasa asing dengan baik. Penguasaan ini memungkinkan mereka untuk masuk sekaligus menyelami alam pikiran para filsuf besar, sastrawan kondang, negarawan hebat atau para maestro kebudayaan. Para 'founding fathers' kita mampu menyerap inti materi dalam berbagai buku dan karya dunia dengan baik dan benar. Mereka menjadikan karya-karya dunia itu sebagai rujukan untuk merumuskan gagasan-gagasan asli keindonesiaan dan kemajuan. Singkat kata, para 'founding fathers' kita mencontohkan agar kita tidak alergi terhadap buku atau karya asing, termasuk yang berbahasa Inggris.

Selain panutan dari kebiasaan para 'founding fathers' kita melahap buku atau karya berbahasa asing, yang juga tak kalah pentingnya untuk dicermati adalah keberadaan buku atau karya berbahasa asing sebagai sumber primer. Kita seringkali menemukan beberapa karya terjemahan yang ternyata ketika dibaca tak seenak membaca karya aslinya. Harus diakui, karya terjemahan mungkin saja masih menyisakan jarak pemahaman, antara penulis aslinya dengan sang penerjemah. Apalagi jika penerjemahan buku tidak dikerjakan oleh orang yang memang berkompeten di bidang tertentu, tidak sekadar pintar menerjemahkan saja. Beberapa kali pengalaman kami menunjukkan perbandingan maknawi antara buku terjemahan dengan buku asli sangat timpang. Apa yang tertangkap saat membaca buku asli dalam bahasa Inggris kadang berbeda makna yang tercantum dalam buku terjemahan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan untuk berbagi resensi buku berbahasa Inggris kepada publik secara luas melalui media ini adalah terkait pada kemanfaatan yang bisa diperoleh. Manfaat pertama, proses resensi tentu mewajibkan peresensi untuk membaca dan memahami isi buku secara cepat tapi tepat. Kemampuan membaca serta memahami, dengan demikian, bisa terasah terus-menerus. Manfaat kedua adalah menghapuskan jarak gagasan antara buku berbahasa Inggris sebagai produk pemikiran bangsa yang sudah maju, dengan realitas masyarakat negara berkembang yang sering ketinggalan wacana, wawasan apalagi wasiat peradaban mutakhir. (Rosdiansyah)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar