Selamat Membaca SBR

Untuk anda, para pembaca situs blog ini, semoga ada manfaat yang bisa anda dapatkan. Silakan tulis komentar anda dibawah. Saran dan kritik sangat kami tunggu.

Selasa, 31 Desember 2013

Ada Mao di Balik al Qaeda

Judul Buku    : Decoding al Qaeda's Strategy
Pengarang     : Michael WS Ryan
Penerbit        : Columbia University Press
Cetakan         : Pertama, 2013
Tebal             : xii + 352 halaman

Perang lawan teroris bukan perang biasa. Ini butuh kecerdikan. Mirip perang gerilya, adu taktik, adu siasat. Kalah taktik apalagi siasat, jangan harap bisa menguasai medan. Prinsipnya, siapa cerdik dia menang. Bertahun-tahun sejak peristiwa 9/11 di New York, kecerdikan ini diperlukan untuk melacak sekaligus memecahkan kode-kode kelompok teroris. Tidak mudah memang, sebab kelompok ini pun kerap mengubah dan mengembangkan kode-kode tersebut. 

Penulis buku ini termasuk ilmuwan yang percaya, bahwa gerilya teroris selalu melalui kode-kode di dalam gagasan ekstrem. Kode-kode itu tidak bisa terungkap jika penelusuran penegak hukum hanya berkesimpulan, ideologi terorisme adalah radikal pro-kekerasan. Seperti kode 'jihad'. Kode itu selama ini cuma dikonotasikan sebagai pemicu kekerasan, padahal istilah jihad bisa menjadi kode revolusi. Kekerasan hanya ekses dari revolusi itu. Punya kemiripan dengan kode yang dicetuskan para ideolog komunisme.       

Melalui internet, kode jihad bisa cepat tersebar. Jihad al Qaeda, tulis Ryan, adalah seruan revolusi. Mereka menyusun argumen jihad, identik anti-hegemoni Barat. Invasi Barat ke kawasan muslim dan eksploitasi sumber daya alam di sana, menjadi pembenar perlunya revolusi. Meski dianggap cuma kelompok kecil, tapi jangan sepelekan al Qaeda. Apalagi, para ideolognya kini jauh lebih cair dibanding saat Osama masih hidup. Jejaring mereka solid dan rapi.  



Bekas direktur CIA Michael Hayden ketika tampil tahun 2010 di Jamestown Foundation, AS, mengaku hanya fokus pada taktik tangkap-tahan-siksa ('the close battle') daripada strategi memecahkan kode teroris ('the deep battle'). Pengakuan Hayden itu hanya selang setahun sebelum Osama ditembak pada 2011. Rupanya, Abang Sam (AS) hanya punya setumpuk rencana taktis melumpuhkan teroris, tapi minus pemahaman pada ideologi dan strategi teroris.   

Itulah sebabnya, mengapa tewasnya Osama bin Laden pada 2011 tidak segera menyurutkan aksi-aksi terorisme di berbagai belahan dunia. Meski AS sudah mengerahkan pesawat tak berawak (drone), gerombolan teroris tetap berkembang-biak dimana-mana. Taktik 'the close battle' lawan teroris yang juga  dipraktekkan oleh aparat di Indonesia, terbukti belum mujarab. Pengejaran, penangkapan bahkan penembakan di tempat malah kian memperdalam kebencian sekaligus membenarkan anggapan, aparat Indonesia kaki-tangan AS dan Australia.

Anggapan seperti itu sudah merata di kalangan calon jihadis harga mati. Tinggal dipicu seruan bersikap revolusioner. Mereka siap meregang nyawa walau tak punya hubungan langsung dengan para ideolog jihadis seperti Ayman al Zawahiri. Penulis buku ini melacak pikiran-pikiran para ideolog itu ke sumber-sumber berbahasa Arab. Dokumen-dokumen ini dibaca cermat, kemudian diperbandingkan dengan kitab-kitab induk gerilyawan komunis. Hasilnya, strategi al Qaeda merupakan pengulangan strategi gerilya komunis Mao Tse Tung. Tiada kata kalah apalagi menyerah, sepanjang masih ada anggota yang hidup.

Strategi gerilya komunis itu sukses mendepak AS dari Vietnam dan Korea Utara. Berhasil pula mengakhiri hegemoni AS di Amerika Selatan. Menurut doktor alumni Universitas Harvard ini, Osama memperoleh wawasan kekuatan internasional itu dari Abdullah Azzam, mentor pertamanya. Usai Azzam tewas tahun 1989 di Pakistan, Ayman al Zawahiri tampil sebagai ideolog mendampingi Osama. Zawahiri produktif melansir tulisan-tulisan provokatif yang disebar lewat internet. Gaya tulisan prolifik Zawahiri berhasil menyalurkan kode-kode propaganda, seperti pemerintahan pro-Barat adalah dekat kekafiran.

Pada tahun 2005, pemerintah Pakistan menahan Abu Mus'ab al Suri. Tokoh al Qaeda satu ini bersama Abu Ubayd al Qurashi dikenal sebagai teoritisi jihadis. Ia mengembangkan pola dan kode gerilya teroris bukan saja bergaya Mao namun juga ala Che Guevara. Sebaran tulisan jihadis lewat internet diikuti dengan turut serta bertempur di Libya, Somalia, Suriah dan beberapa negara lain. Strategi al Qaeda ini, simpul Ryan, jelas-jelas sekular. Bukan bertumpu pada Islam. Jadi, hadapilah kelompok teroris ini layaknya melawan gerombolan teroris IRA Irlandia, kelompok teroris Brigade Merah Italia atau kelompok teroris lainnya. **  (Dimuat di Jawa Pos, 29 Desember 2013)        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar