Buku : Cak Nur, Sang Guru Bangsa
Pengarang: Muhamad Wahyuni Nafis
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tebal: xxx + 370 halaman
Cetakan: Pertama, 2014
Sosok Cak Nur begitu lekat pada keindonesiaan, keislaman dan kemodernan. Tiga kredo membangun Indonesia penuh harapan dalam suasana lebih baik, lebih mencerahkan. Sahabat kami, Mas Nafis, begitu intens mendampingi Cak Nur dalam hari-hari pengembangan forum Klub Kajian Agama (KKA) Paramadina di Pondok Indah selama bertahun-tahun silam. Tanpa mengecilkan kehadiran Mas Budhy, Mas Elza, dll, dalam lingkaran KKA, maka intensitas Nafis itu membuatnya menjadi penulis biografi Cak Nur paling otoritatif.
Di dalam buku ini terasa betul, bagaimana rangkaian data dan memori Nafis merekam beragam pandangan dan kegiatan Cak Nur. Nafis menggambarkan sosok Cak Nur bukan sebatas ilmuwan 'per se', namun ia juga mampu menampilkan Cak Nur sebagai aktivis keilmuan sepanjang hayat. Cak Nur berbagi saripati ilmu kepada banyak orang, atas apa yang ditelaahnya. Posisi KKA sangat strategis karena Cak Nur secara tepat membaca pergerakan muslim modern yang tengah naik vertikal ke atas. Kaum muslim di negeri ini bukan lagi menjadi sekadar pelengkap dekorasi politik, namun ada kesadaran baru muslim di Indonesia di tengah hiruk-pikuk modernitas. Kesadaran pada jati-diri kaum tercerahkan di tengah bangsa yang menapak kemodernan.
Dalam lima bagian buku ini, Nafis benar-benar mengeksplorasi pertautan pandangan serta aktivitas Cak Nur dengan tema-tema kemodernan. Gaya vertutur Nafis menjadikan buku ini enak dibaca, tidak membosankan dan layak dikoleksi.
Selamat Membaca SBR
Untuk anda, para pembaca situs blog ini, semoga ada manfaat yang bisa anda dapatkan. Silakan tulis komentar anda dibawah. Saran dan kritik sangat kami tunggu.
Sabtu, 04 Oktober 2014
Minggu, 16 Februari 2014
Telik Sandi dalam Jual-Beli Informasi
Judul Buku : Trading Secrets
Pengarang : Mark Huband
Penerbit : IB Tauris, London
Cetakan : Pertama, Desember 2013
Tebal :
xii + 259 halaman
PENYADAPAN bukan perkara enteng. Jangan
pula dientengkan. Ini perkara serius, sebab hasil penyadapan merupakan
informasi bernilai tinggi. Bukan informasi biasa, tapi informasi dari sumber
langsung berkualifikasi rahasia. Tak sembarang orang bisa tahu informasi itu.
Apalagi, informasi yang berkaitan langsung dengan apa yang bakal terjadi.
Itulah yang membuat informasi produk penyadapan beda dari informasi biasa.
Ibarat harga barang langka, nilai jual
informasi hasil penyadapan sangat tinggi. Bukan cuma negara yang butuh itu,
perusahaan multinasional pun ingin beli. Tujuannya, jelas untuk antisipasi jika
isi informasi tersebut jadi kenyataan. Negara penyadap informasi mencurahkan
anggaran luar-biasa besar untuk merakit teknologi canggih demi memperoleh
informasi 'A1'. Bagi negara-negara ini, informasi itu bisa menjadi rujukan dalam
berdiplomasi.
Selama perang dingin, dedengkot
penyadapan adalah lembaga intelijen, seperti CIA dan MI6. Lembaga ini
melahirkan beragam teknik, taktik dan strategi penyadapan. Pengembangan
teknologi penyadapan juga berkembang pesat. Alat telik sandi itu harus
diletakkan sedekat mungkin ke sumber penting. Untuk itu, dibutuhkan 'orang
dalam' yang bisa menaruh alat itu, tanpa dicurigai. Anggaran lembaga-lembaga
intelijen barat pun tanpa batas, sebab perlu membayar 'orang dalam' tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)